Indonesia mencatat peningkatan signifikan dalam lonjakan pendapatan per kapita pada tahun 2024, mencapai Rp78,62 juta per tahun. Angka ini mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yang berada di angka Rp75 juta. Dengan demikian, Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia kini hampir menyentuh angka US$5.000 atau sekitar US$4.960,33.
Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi persnya. Menurutnya, kenaikan ini mencerminkan pertumbuhan ekonomi nasional yang tetap kuat meskipun menghadapi tantangan global.
Memahami Konsep dari Lonjakan Pendapatan Per Kapita
Pendapatan per kapita merupakan indikator ekonomi yang mengukur rata-rata pendapatan setiap individu dalam suatu negara dalam kurun waktu satu tahun. Perhitungan dilakukan dengan membagi Pendapatan Nasional Bruto (PNB) dengan jumlah total penduduk.
Sebagai salah satu parameter kesejahteraan ekonomi, pendapatan per kapita menggambarkan standar hidup masyarakat. Semakin tinggi nilainya, semakin baik daya beli masyarakat serta prospek pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Sejumlah faktor utama yang berkontribusi terhadap lonjakan pendapatan per kapita Indonesia pada 2024 antara lain berikut ini.
-
Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
Perekonomian Indonesia terus bertumbuh secara stabil, didorong oleh konsumsi domestik yang kuat serta peningkatan ekspor di berbagai sektor strategis seperti manufaktur, pertanian, dan industri kreatif.
-
Peningkatan Investasi dan Infrastruktur
Program pembangunan infrastruktur nasional yang terus digalakkan, baik di bidang transportasi, energi, maupun digitalisasi, menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan produktivitas nasional.
-
Pemulihan Industri dan UMKM
Sektor industri dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mengalami pemulihan setelah pandemi, didukung oleh kebijakan insentif serta kemudahan akses permodalan dari pemerintah.
-
Perkembangan Ekonomi Digital
Pertumbuhan ekonomi berbasis digital, termasuk e-commerce, fintech, dan startup teknologi, turut berkontribusi dalam membuka peluang penghasilan baru bagi masyarakat serta meningkatkan produktivitas.
-
Kebijakan Fiskal dan Stabilitas Inflasi
Inflasi yang terkendali serta kebijakan fiskal yang fleksibel memungkinkan daya beli masyarakat tetap terjaga, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.
Dampak Positif Kenaikan Lonjakan Pendapatan Per Kapita
Peningkatan pendapatan per kapita membawa berbagai manfaat bagi masyarakat Indonesia, di antaranya yang paling umum akan di jumpai.
-
Peningkatan Daya Beli
Pendapatan yang lebih tinggi mendorong konsumsi masyarakat, yang berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan permintaan barang dan jasa.
-
Peningkatan Kesejahteraan
Kenaikan pendapatan memberikan akses lebih luas terhadap pendidikan, layanan kesehatan, dan perumahan yang lebih baik.
-
Daya Tarik bagi Investor
Dengan meningkatnya daya beli masyarakat, iklim investasi di Indonesia semakin menarik bagi investor lokal maupun asing.
-
Penciptaan Lapangan Kerja Baru
Aktivitas ekonomi yang meningkat berdampak pada pembukaan lebih banyak kesempatan kerja bagi masyarakat.
Tantangan yang Masih Harus Dihadapi
Meskipun peningkatan lonjakan pendapatan per kapita merupakan sinyal positif bagi perekonomian Indonesia, masih terdapat sejumlah tantangan yang perlu diatasi agar pertumbuhan ini dapat berkelanjutan dan merata di seluruh lapisan masyarakat.
Pemerintah dan sektor swasta harus bekerja sama untuk mengatasi berbagai kendala yang dapat menghambat distribusi pendapatan dan stabilitas ekonomi nasional.
Meski kenaikan lonjakan pendapatan menjadi kabar baik, Indonesia masih menghadapi beberapa tantangan dalam memastikan pertumbuhan ekonomi yang merata dan berkelanjutan, seperti berikut ini.
-
Ketimpangan Ekonomi
Lonjakan pendapatan per kapita secara rata-rata belum tentu mencerminkan distribusi yang merata di seluruh wilayah. Masih banyak daerah yang tertinggal dalam hal pembangunan ekonomi dan infrastruktur, menyebabkan ketimpangan kesejahteraan antara kota besar dan wilayah perdesaan.
-
Ketergantungan pada Sektor Primer
Sebagian besar daerah masih bergantung pada sektor pertanian dan pertambangan, yang rentan terhadap fluktuasi harga global. Ketergantungan ini membuat perekonomian daerah tertentu lebih rentan terhadap guncangan eksternal, seperti penurunan harga komoditas di pasar internasional.
-
Kesenjangan Digital
Meskipun ekonomi digital berkembang pesat, tidak semua masyarakat memiliki akses yang sama terhadap teknologi dan keterampilan digital. Kesenjangan ini berpotensi menciptakan kelompok masyarakat yang tertinggal dalam memanfaatkan peluang ekonomi berbasis teknologi.
-
Ketidakpastian Global
Faktor eksternal seperti fluktuasi nilai tukar, harga komoditas, serta risiko geopolitik masih perlu diantisipasi agar tidak menghambat lonjakan pendapatan per kapita. Kondisi global yang tidak stabil bisa berdampak pada investasi asing, inflasi, dan daya beli masyarakat.
-
Tantangan Regulasi dan Birokrasi
Proses perizinan usaha yang masih kompleks serta regulasi yang kerap berubah dapat menghambat investasi dan pertumbuhan bisnis di dalam negeri. Reformasi birokrasi yang lebih efisien dibutuhkan agar sektor swasta dan investor merasa lebih nyaman dalam mengembangkan usahanya.
-
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Meskipun jumlah tenaga kerja di Indonesia besar, kualitas SDM masih menjadi tantangan. Pendidikan dan pelatihan vokasi yang lebih baik diperlukan untuk memastikan tenaga kerja Indonesia dapat bersaing di era digital dan industri 4.0.
Kenaikan pendapatan per kapita Indonesia menjadi Rp78,62 juta pada 2024 merupakan pencapaian yang menunjukkan bahwa ekonomi nasional terus berkembang menuju status negara berpendapatan menengah ke atas.
Namun, untuk memastikan pertumbuhan yang lebih inklusif dan berkelanjutan, pemerintah perlu mengadopsi kebijakan ekonomi yang adaptif, mendorong pemerataan pembangunan saat lonjakan pendapatan per kapita, serta meningkatkan kesiapan dalam menghadapi tantangan global.