Hingga kini masih banyak menjadi pertanyaan terkait asal-usul Sunan Kalijaga, fakta hingga mitosnya. Terdapat berbagai macam versi terkait silsilah dan juga mitos lain dari Sunan Kalijaga.
Kemunculan mitos-mitos tersebut tidak lepas dari historiografi lokal, antara lain seperti tambo, hikayat, babad, dan sebagainya. Kali ini kita akan membahas tentang asal usul, mitos hingga fakta Sunan Kalijaga.
Asal-Usul Sunan Kalijaga, Mitos Hingga Faktanya
Seperti sudah dijelaskan sebelumnya, ada berbagai versi tentang silsilah, fakta serta mitos dari asal-usulnya. Di bawah ini asal-usul, fakta hingga mitos tentang Sunan Kalijaga yang jarang orang tau :
1. Misteri tahun kelahiran
Masih menjadi misteri tentang asal-usul Sunan Kalijaga termasuk terkait tahun kelahirannya. Kelahirannya belum terbukti dengan pasti, diperkirakan bahwa Sunan Kalijaga lahir sekitar tahun 1430an, saat berusia kepala 2.
Dirinya menikah dengan putri Sunan Ampel, tapi terdapat teori lain yang mengatakan Sunan Kalijaga lahir tahun 1450an. Teori lainnya dihitung dari usia kematiannya di umur 131 tahun pada 1586.
Jadi kelahirannya kira-kira tahun 1455, dikutip dari sebuah jurnal, bila ditinjau dari eksistensinya. Sunan Kalijaga ini mengalami 4 masa kerajaan di Jawa, keempat masa pemerintahan itu meliputi :
- Masa Kerajaan Majapahit tahun 1478an, Sunan Kalijaga masih muda, dia hidup sebagai anak Tumenggung Wilatikta, seorang Bupati Tuban.
- Masa Kesultanan Islam Demak tahun 1481 hingga 1546, dirinya terlibat dalam pembangunan Masjid Agung Demak serta pemerintahan Raden Patah.
- Masa Kesultanan Pajang tahun 1546 hingga 1568, dirinya menjadi guru Jaka Tingkir.
- Masa Awal Kerajaan Mataram Islam tahun 1580an, dirinya pernah berkunjung ke Yogyakarta yang merupakan pusat kerajaan tersebut.
2. Beragam versi silsilah
Terdapat sejumlah versi asal-usul Sunan Kalijaga terkait dengan silsilah leluhurnya. Versi pertamanya, dia mempunyai garis keturunan Arab dari sang kakek, Abdul Muthalib yang masih ada hubungannya dengan Nabi Muhammad SAW.
Dalam literatur Babad Tuban, Sunan Kalijaga disebut sebagai keturunan Muhammad ke 24. Terdapat pula versi lain yang disampaikan sejarawan Van den Berg, J Drewes serta Tujimah.
Mereka berpendapat bahwa leluhur Sunan Kalijaga asalnya dari Arab Selatan. Disebutkan bahwa dirinya adalah keturunan Qadi Zaka, artinya penghulu suci atau hakim, versi kedua disebutkan Sunan Kalijaga merupakan keturunan China.
Dia adalah muslim Tionghoa, nama aslinya Oei Sam Ik, sedangkan ayahnya ialah Wilotikto seorang Bupati Tuban, keturunan Oei Tik Too. Versi tersebut didukung dengan catatan sejarah klenteng Sam Poo Kong.
Catatan sejarah terkait asal-usul Sunan Kalijaga tersebut ditemukan oleh Residen Poortman tahun 1928. Sementara versi ketiga mengatakan bahwa Sunan Kalijaga adalah pribumi, dirinya ialah keturunan Jawa asli.
Di mana kakek moyangnya adalah Raden Wijaya yang merupakan raja pertama Kerajaan Majapahit. Ayahnya Tumenggung Wilatikta ialah keturunan Bupati Tuban sebelumnya adalah Ario Tejo III.
Leluhurnya yaitu Ario Tejo I dan II yang menganut ajaran Siwa, terjadinya peralihan agama adalah pada masa pemerintahan Ario Tejo III. Dibuktikan dan ditandai dengan ditemukannya makamnya di Tuban.
3. Asal-usul Sunan Kalijaga terkait penamaannya
Sunan Kalijaga mempunyai beberapa julukan dimulai dari julukan Raden Said, Pangeran Tuban, Syaikh Malaya, bahkan hingga Abdurrahman. Meskipun begitu asal usul penamaannya hingga kini masih menjadi perdebatan.
Pendapat pertama mengatakan Kalijaga ini diambil dari nama desa di Cirebon, lebih tepatnya Kecamatan Harjamukti. Hal tersebut didukung dengan masih ditemukannya masjid, petilasan, dan banyaknya monyet yang dihubungkan.
Dengan mitos Sunan Kalijaga oleh masyarakat setempat. Pendapat selanjutnya, nama Kalijaga sendiri didapatkan dari bahasa Arab yaitu Qadhi Joko berarti Hakim Joko, warga Demak yang belum lancar berbahasa Arab.
Maka dari itu mereka menyebutnya dengan Kalijaga, pendapat berikutnya, nama Kalijaga ini sumbernya dari penyebutan yang dibuat Sunan Bonang. Diceritakan Sunan Bonang menancap sebuah kayu di pinggir kali atau sungai.
Kemudian Kalijaga diperintah gurunya untuk menjaga kayu itu selama bertahun-tahun, sehingga muncullah nama jogo kali. Rakyat Jawapun mengenal sosoknya dengan nama Kali Jogo atau Kalijaga.
4. Pandangan soal historiografi lokal Asal-Usul Sunan Kalijaga
Peran wali dalam Islamisasi Nusantara dan juga wilayah Asia Tenggara tidak begitu dituliskan serta diungkap pada masa pra kolonialisme. Dikutip dari sebuah Seri Buku Tempo, dalam pencatatan sejarah, historiografi local.
Antara lain seperti tambo, hikayat, babad, dan semacamnya kerap kali diabaikan sejarawan Belanda serta sejarawan negara Eropa lainnya. Mereka beranggapan bahwa historiografi lokal mengandung mitos dan juga legenda.
Yang sangat sulit dibuktikan kebenarannya, termasuk juga terkait dengan asal-usul Sunan Kalijaga ini. Namun meskipun begitu, historiografi lokal tidak bisa kita abaikan begitu saja sebab mengandung fakta historis.
Yang disampaikan turun-temurun dari lisan ke lisan, tidak hanya keberadaan Wali Songo. Terdapat juga beberapa teori terkait persebaran Islam dari pandangan-pandangan negara lain, di antaranya seperti Hijaz, Irak, Mesir, Kelantan.
Serta Persia, Campa, Bengali, bahkan hingga China. Setiap teori tersebut mempunyai kelemahannya masing-masing. Walaupun pada batas tertentu juga mengandung kebenaran, begitu juga historiografi lokal terkait asal-usul Sunan Kalijaga.